13.27

Generasi Terbaik


Kumaha daramang?? Sebelumnya, kita tahu bahwa pembahasan mengenai hal ini sudah sering kita temukan bahkan kita sudah memahami betul pembahasan ini di berbagai sumber, baik di buku, artikel, internet, buletin dll. Meskipun demikian, saya sekedar berbagi kepada Teman teman semua, bagaimana seorang Sayyid Quthb dalam karyanya Ma’alim Fii Thariiq memaparkan pembahasan ini. Rasulullah Saw. Bersabda :
 
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
Dari ‘Abdullah r.a. dari Nabi Saw. Beliau bersabda : “ Manusia yang paling baik ialah mereka yang ada pada zamanku. Dibawah itu orang-orang setelah mereka, seterusnya orang-orang yang setelah mereka. Kemudian datang beberapa kaum, seseorang diantara mereka mendahulukan kesaksian dari sumpahnya dan sumpahnya dahulu dari persaksiannya. [HR. Bukhari][1]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi kaum ghuraba' (orang-orang yang asing tersebut)". [H.R.Muslim][2]  

Pernahkah kita mendengar atau mengetahui, siapa generasi Islam yang paling baik?? Generasi pilihan, generasi Istimewa sepanjang sejarah Islam dan sejarah Manusia. Kemudian generasi semacam itu tidak lagi dihasilkan dalam sejarah Islam. Siapakah mereka?? Siapa lagi Kalau bukan generasi para Sahabat!! -semoga Allah meridhai kepada Mereka- Hal ini patut kita jadikan pelajaran sekaligus menjadi renungan sehingga kita bisa menyingkap rahasia keberhasilannya agar bisa menjadi generasi yang baik seperti mereka. Aamiin.
Sayyid Quthb dalam karyanya “Ma’alim Fi Ath-Thariiq” –Petunjuk Jalan- menjelaskan : “Al-Quran yang menjadi Jantung Dakwah itu ada di tangan kita. Demikian juga dengan Hadits Rasulullah Saw., petunjuk praktis beliau, dan sirah beliau yang mulia, semuanya ada di tangan kita. Sebagaimana semua itu pernah terdapat pada generasi yang pertama itu, yang belum pernah terulang keberadaan genarasi semacam itu dalam sejarah. Yang tidak ada hanyalah pribadi Rasulullah Saw.” [3]. Kita renungkan, apakah ini rahasianya?? Sayyid Quthb menegaskan : “Jika keberadaan Rasulullah Saw. Secara fisik adalah suatu keharusan  bagi pelaksanaan dan keberhasilan dakwah ini, niscaya Allah Swt. Tidak menjadikannya sebagai dakwah untuk seluruh umat manusia, tidak menjadikannya sebagai risalah terakhir, dan tidak menyerahkan tanggung jawab memberikan tuntunan petunjuk kepada umat manusia di muka bumi kepada dakwah ini hingga akhir zaman. Namun, Allah Swt. Telah menjamin untuk memelihara adz-Dzikr (Al-Quran) serta memberitahukan bahwa dakwah ini dapat terus berejalan setelah wafatnya Rasulullah Saw. Dan dapat memetik keberhasilan. Allah Swt. Telah menyerahkan dakwah Agama ini kepada Rasulullah Saw. Selama 23 tahun hingga hayat beliau dan tetap memelihara Agama ini setelah wafatnya beliau hingga akhir zaman” [4]. Dengan demikian ketidak beradaan Rasulullah Saw. Secara fisik tidak menjadi faktor penentunya. Jadi apa yang menjadi faktor penentunya?? Penasaran yaa...
Oleh karena itu, marilah kita coba mencari faktor lain. Siap ?? pertama, kita teliti terlebih dahulu sumber yang menjadi rujukan para sahabat itu, apakah ada yang berubah darinya?? Juga kita teliti manhaj yang menghasilkan tokoh-tokoh semacam mereka itu, apakah ada yang berubah??
Menurut Sayyid Quthb, ada beberapa faktor yang menjadikan para sahabat menjadi generasi terbaik sepanjang sejarah Islam. Diantaranya yaitu, 1) Sumber Rujukan dan 2) Sikap ketika menerima Dakwah. 

1).  Sumber Rujukan
 Sumber rujukan yang mereka gunakan adalah Al-Quran dan Sunnah (penjelas dari Al-Quran tersebut). Dari Al-Quran ini mereka memetik pelajaran dan dengannya pula mereka bisa menjdai tokoh-tokoh besar. Hal itu terjadi bukan karena umat manusia pada saat itu tidak memiliki peradaban, budaya, Ilmu pengetahuan, buku-buku rujukan atau kajian Ilmiah, sama sekali bukan begitu! Kita tahu bahwa pada saat itu terdapat peradaban-peradaban yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia, diantaranya : Peradaban Romawi dan budayanya, serta buku-buku dan undang-undangnya yang sampai saat ini dijadikan pedoman hidup Eropa. Kemudian ada peradaban Yunani yang terkenal dengan Logikanya, Filsafatnya serta seninya yang tetap menjadi sumber pemikiran Barat hingga saat ini. Juga ada peradaban Persia, seninya, syairnya, legenda-legendanya, kepercayaannya dan sistem kekuasaannya. Jadi mereka sama sekali tidak kekurangan peradaban dan budaya internasional yang membuat generasi ini hanya mengambil rujukan dari Kitab Allah selama masa pembentukannya. Namun, proses pembersihan mereka dari pengaruh peradaban dan budaya luar itu merupakan suatu perencanaan yang matang dan suatu metode yang dikehendaki.
Rasulullah Saw. Ingin membentuk generasi yan bersih hatinya, akalnya, gambaran hidupnya dan jiwanya dari segala pengeruh lain selain Manhaj Ilahi yang dikandung oleh Al-Quranul Karim. Dengan begitu, generasi tersebut mengambil rujukan mereka dari Al-Quran dan Sunnah semata. Dan hasilnya adalah tercetaknya generasi Istimewa dalam sejarah yang belum pernah terulang lagi. 

2). Sikap ketika menerima Dakwah
            Mereka (generasi pertama) membaca Al-Quran bukan untuk sekedar ingin tahu dan sekedar membaca, juga bukan untuk sekedar merasakan dan menikmatinya. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang memperlajari Al-Quran untuk sekedar menambah pengetahuan atau untuk memambah bobot Ilmiah dan Kepintaran Ilmu Fiqih. Namun, mereka mempelajari Al-Quran untuk menerima perintah Allah Swt. Berkenaan dengan permasalahan pribadi mereka, masyarakat tempat mereka hidup dan kehidupan yang dijalaninya bersama jamaahnya. Mereka menerima perintah Allah Swt. Untuk segera diamalkan setelah mendengarnya, seperti seorang tentara yang menerima perintah harian yang langsung ia kerjakan setelah menerimanya!
Perasaan untuk menerima perintah dan mengerjakan itulah yang membuat Al-Quran membukakan bagi mereka gerbang kenikmatan dan Ilmu pengetahuan . hal itu tidak terjadi jika mereka membaca Al-Quran hanya sekedar untuk meneliti, mengkaji dan membacanya. Dengan cara seperti ini mereka termudahkan untuk mengamalkan isinya, Al-Quran merasuk dalam diri mereka dan setelah itu mereka benar-benar merealisasikan dalam kehidupannya yang tidak semata berada dalam otak atau kalimat-kalimat yang tersimpan dalam kertas namun berubah menjadi wujud perubahan dan peristiwa yang mengubah perjalanan hidup. Dan mesti diingat Al-Quran tidak memberikan khazanahnya kecuali bagi orang-orang yang menerimanya dengan semangat ini yaitu semangat untuk mengetahui kemudian mengamalkannya.

Kesimpulan :
Keberhasilan para sahabat menjadi generasi terbaik menurut Sayyid Quthb adalah dengan beberapa faktor diantaranya yaitu : 1) Merujuk pada Al-Quran dan Sunnah, 2). Sikap menerima dakwah Al-Quran untuk mengetahui dan mengamalkannya. Dengan faktor inilah generasi sahabat bisa menjadi generasi terbaik sepanjang sejarah Islam. Mari kita sama-sama bertanya kepada diri kita masing-masing : 1). Sudahkah kita merujuk pada Al-Quran dan Sunnah??, 2). Sikap apa yang akan kita lakukan ketika kita menerima Al-Quran dan mengetahuinya?? Kami dengar dan kami Taat atau Kami dengar dan Kami Maksiat??. semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah Swt. Dengan cara belajar agar kita selalu merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah serta bisa mengetahui dan mengamalkannya. Aamiin, Yaa Rabbal ‘aalamiin.
Itulah kiranya beberapa pemaparan singkat Sayyid Quthb dalam karyanya “Ma’aalim Fii Thariiq”, Mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya, khususnya untuk saya pribadi dan Umumnya bagi teman-teman sekalian.  

Sumber Bacaan : “Ma’aalim Fii Thariiq” oleh Sayyid Quthb. Penerbit Daarusy-Syuruuq = Penerjemah : Abdul Hayyie al-Kattani dan Yodi Indrayadi. Penerbit : Gema Insani Press.



[1] Bisa dilihat Juga di Kitabnya : Imam Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad.
[2]  Bisa dilihat Juga di Kitabnya : Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.
[3] Sayyid Quthb.  “Ma’aalim Fii Thariiq” . Terj. “Petunjuk Jalan” . Jakarta : Gema Insani Press, 2001, hal : 17.
[4] Ibid. hal : 18.

0 komentar: